Langsung ke konten utama

Memetik Hikmah Pandemi Untuk Bangkit Demi Indonesia Lebih Tangguh



 


Sebelum memulai opini panjang ini, izinkan saya bertanya;

Kapan terakhir kali kalian pergi menonton bioskop?

Atau kapan terakhir kali kita bertatap muka dengan guru disekolah?

 

Hmm.. Setelah di ingat – ingat, sudah hampir 1 tahun setengah kita melalui masa – masa yang berat karena hadirnya virus covid-19. Kita bahkan sulit membedakan intorvert atau extrovert-nya seseorang karena semua harus melakukan aktivitas dirumah saja. Virus ini berhasil meruntuhkan pola kehidupan masyarakat. Tak ada sektor yang tidak berdampak akibat penyebaran virus yang begitu cepat. Tentu saja dampak yang dihasilkan 75 persen mengarah kepada dampak negatif. Hal ini pertanda bahwa covid-19 jauh lebih kejam dari rezim yang mengancam di masa kelam.

Kita semua adalah saksi perubahan bumi yang berevolusi setiap tahunnya. Begitupun saat virus melanda, kita menyaksikan langsung di sekitar kita bagaimana penderitaan masyarakat yang terdampak baik dari segi kesehatan hingga finansial mereka. Tapi apa boleh buat, tak banyak yang bisa kita lakukan di masa sekarang ini. Semuanya menjadi serba salah. Tak keluar membuat jenuh, berjalan kelaurpun was – was dengan kehadiran virus.

Kita bisa merasakan sendiri bagaimana semua sektor bertransisi dengan cepat agar bisa menyesuaikan diri dengan segala ketertinggalan. Pekerjaan yang semula dilakukan dengan datang ke kantor harus mengalami perpindahan dengan menggunakan teknologi. Laptop dan Smartphone adalah dua hal yang tak bisa lepas dari pandangan mata kita saat ini. Bahkan semenitpun seakan berat untuk meninggalkan mereka. Yah, mau bagaimana lagi, jika tidak bekerja menggunakan kedua perangkat tersebut, bagaimana bisa kita mendapatkan pemasukan.

 


Terus bagaimana dengan sektor lainnya?

Yah, Sekolah yang seharusnya menjadi tempat menimbah ilmu dan berinteraksi harus tersingkirkan dengan teknologi. Hal ini demi tetap melanjutkan tujuan bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Meskipun ada banyak pro dan kontra dikarenakan belum meratanya daerah yang memiliki perangkat laptop dan smartphone. Tetapi tak ada pilihan selain mengikuti aturan tersebut dan berusaha memaksimalkan belajar meski tak bertatap muka.

Pariwisata dan perdagangan juga merasakan dampak besar dari adanya covid-19 ini. Lihat saja bagaimana destinasi wisata harus dikurangi bahkan ada yang dihentikan sementara demi mengurangi penyebaran virus. Alhasil, para pedagang harus memutar otak untuk tetap bisa mendapatkan penghasilan. Itu baru pedagang yang menjajahkan dagangannya di tempat wisata. Para pemilik restauran, warung, kafe dan makanan cepat saji lainnya juga harus menelan pil pahit dari virus dikarenakan kurangnya daya beli masyarakat. Yang terparah adalah banyak yang harus gulung tikar karena tidak bisa lagi memberikan gaji kepada karyawan dengan pemasukan yang semakin minim.

Transportasi juga sama parahnya dengan sektor lain. Mereka harus mengalami perusutan karena penumpang yang berkurang akibat work from home (WFH). Tak ada yang boleh meninggalkan daerahnya tanpa alasan genting. Itupun harus disertakan dengan surat tugas maupun surat bebas dari virus. Akhirnya, kita hanya bisa saling mengirim surat elektronik demi kelancaran aktivitas bersama.

Sektor diatas adalah beberapa dari banyaknya sektor lain yang terkena dampak akibat covid-19. Belum lagi dengan masalah pasien yang terinfeksi virus tersebut, hal ini juga snagat berat dan melelahkan tak hanya untuk dipenderita, para tenaga kesehatan juga harus siap siaga menalangi masalah ini.

Kita memang terpukul dengan banyaknya kabar duka dari para penderita covid-19. Mereka menghabiskan waktu dan materil hanya untuk berbaring di ruang isolasi hingga virus sirna dari tubuhnya. Namun dibalik itu semua, ada yang lebih menyedihkan daripada menyaksikan mereka terbaring lemah. Mereka yang bersusah payang melawan rasa takut akan virus demi sesuap nasi untuk keluarganya.

Sungguh sangat menyayat hati memperhatikan perjuangan bangsa untuk bisa bertahan hidup dengan pembatasan berskala yang diterapkan saat ini. Tak sedikit tangisan pecah ketika tidak mendapatkan sepersenpun pemasukan. Yah, kita tetap butuh makan untuk hidup, butuh uang untuk membayar biaya sekolah, rumah, listrik dll. Butuh uang untuk membeli kebutuhan tak terduga untuk anak - anak kita. 


 

Syukurlah, kita sangat tertolong dengan bantuan demi bantuan yang disodorkan oleh pemerintah maupun pihak lainnya. Bantuan yang sedikit bisa meredakan rasa sedih mereka saat dibatasi untuk mencari nafkah. Tapi dengan segenap kerendahan hati, jangan bebani mereka dengan segala bantuan yang jumlahnya sangat minim untuk menutupi kebutuhan mereka. Toh kami akan mendengarkan aturan, mengikuti protokol kesehatan. Tapi tolong, biarkan mereka mencari nafkah dengan caranya tanpa dihalang - halangi.

Tak pernah berhenti segala keluh kesah akibat hadirnya covid-19 ini. Tapi mau sampai kapan kita dikalahkan dengan sebuah virus. Apakah kita akan terus menyalahkan keadaan?

Sampai kapan kita akan terus bergantung pada hal yang belum pasti akhirnya?

 

Pandemi bukanlah kejadian besar pertama yang kita alami di bumi pertiwi ini. Sebelum kemerdekaan, masyarakat Indonesia dahulu harus menanggung pahitnya penjajahan hingga 360 tahun lamanya. Merekapun berjuang melawan rasa takut akan dibunuh secara mengenaskan. Belum lagi berbagai siksaan hanya untuk menguntungkan pihak penjajah. Lihat bagaimana semangat bangsa Indonesia bersatu, berjuang bersama – sama untuk mengusir para penjajah tersebut. Dan kini lihat, kita bisa merasakan kemerdekaan yang sebentar lagi memasuki angka 76 tahun.

Apakah hanya itu saja?

Masih ingatkah kita dengan hadirnya virus flu burung? Wabah yang juga cukup menakutkan kala itu. Kita sampai harus membasmi segala jenis unggas demi menghindarkan diri dari virus tersebut. Korbannyapun tidak sedikit dan kerugian tentu saja menghampiri.

Berdasarkan peristiwa – peristiwa yang terjadi diatas, apakah kita masih merasakannya hingga saat ini? Tidak. Kita sudah berhasil melewati tahap tersebut dan hidup normal seperti biasanya. Apa yang telah terjadi membawa banyak hikmah yang bisa kita petik dan menjadi pelajaran berharga untuk kita hidup kedepannya.

Begitu pula dengan hadirnya covid-19 ini. Tidak ada yang menyangka ia akan muncul dan mengguncang seluruh dunia. Tetapi meratapi dan mengeluh akan keadaan hanya memberikan kita beban besar. Oleh karena itu, seperti halnya peristiwa diatas, ada banyak hikmah yang bisa kita petik dan pelajari untuk bangkit demi kehidupan yang lebih baik.

 

Hikmah Pandemi Untuk Kebangkitan Indonesia

 


Setiap peristiwa pasti meninggalkan hikmah yang baik. Sama halnya dengan covid-19. Hadirnya virus tersebut membuat masyarakat lebih tangguh dalam menghadapi berbagai situasi. 

Ketika keuangan semakin menipis, kita mulai memikirkan cara yang lebih inovatif untuk menghasilkan uang tambahan. Apalagi peran teknologi semakin mempermudah segala pekerjaan maka perangkat tersebut sangat membantu masyarakat bangkit dalam keterpurukan dari segi ekonomi. 

Apa saja contohnya?

Banyak yang mulai menjalankan bisnis rumahan baik berupa makanan maupun benda pakai seperti baju, aksesoris, sepatu, tas dan alat makeup. Walaupun kita harus menghabiskan banyak waktu untuk melayani pelanggan, aktivitas ini sudah banyak membantu masyarakat Indonesia memperbaiki ekonominya seperti kurir, orang yang terkena phk dan pemilik usaha itu sendiri. Menjalankan pekerjaan menguntungkan lewat internet seperti pemanfaatan media sosial, youtube dan juga website. Saya rasa semua masyarakat sudah banyak memperdalam skill agar bisa membuat jasa-nya menghasilkan uang.

Selain itu, teknologi yang mendominasi ini juga sangat mempengaruhi proses pendidikan di Indonesia. Meskipun harus mengalami beberapa kendala karena tak semua bisa mengoperasikan dan memiliki perangkat tersebut untuk belajar, masyarakat cukup terbantu dengan tetap berjalannya sekolah online. Kita telah memaksimalkan penggunaan teknologi dengan baik karena bisa mengambil banyak ilmu melaluinya serta membantu meningkatkan skill untuk memperoleh pekerjaan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Kita juga lebih menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan peralatan sekolah.

Juga, karena interaksi masyarakat yang semakin berkurang, kita bisa bangkit menyelamatkan bumi dengan mengurangi sampah plastik yang betebaran. Apa yang membuat mereka banyak? konsumsi kita yang terlalu berlebihan dan tidak memikirkan apakah sampah yang kita buang tiap harinya akan terurai atau tidak. Oleh karena itu, pengurangan plastik ini akan sangat membantu menurunkan volume sampah yang semakin meningkat. Kita jadi lebih peduli dengan diri kita dengan memanfaatkan benda yang tidak sekali pakai. Karena kita tau virus bisa datang ketika kita tidak menjaga kebersihan.

Mari kita lihat sisi baik lainnya. Kita yang sebelumnya tidak terlalu memperhatikan pola hidup sehat kini berubah menjadi sangat hati – hati karena adanya covid-19 ini. Kita yang dengan percaya dirinya makan apa saja yang tersedia di gerai – gerai makanan cepat saji tanpa melihat apa efek samping jika mengkonsumsinya secara berlebihan. Demi menjaga kesehatan tubuh, kita mulai mengkonsumsi makanan bergizi seperti sayuran, buah – buahan dan olahan daging lainnya. Kita juga banyak berolahraga baik dirumah maupun di tempat gym untuk menjaga pertahanan tubuh dan lebih segar dalam beraktivitas.

Ketika kesehatan kita sudah mulai membaik. Imun kita menjadi lebih kuat untuk menangkal virus- virus yang bisa saja masuk kedalam tubuh. Pada akhirnya, kita bisa beraktivitas kembali dan lebih menjaga diri dengan menggunakan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

 Bangkit bukan hanya perihal menerima, tetapi mengambil tindakan untuk tetap jalan walaupun badai terus menerjang. Begitupun dengan covid-19 ini, ketika kita hanya menerima kehadiran mereka tanpa melakukan apapun untuk mencegah dan melawan, maka kita hanya akan tinggal dan membusuk dirumah. Itu sebabnya apa yang sudah kita lakukan saat ini adalah bentuk ketangguhan kita dalam menjalani hidup di masa kini. Kita lebih banyak menimbah ilmu, mencintai bumi yang telah menghidupi kita, mempelajari teknologi yang semakin berkembang, menjaga kesehatan serta berinovasi kuat untuk menciptakan dan menjalankan pekerjaan dimasa kini hingga masa yang akan datang. 

 

Kita hanyalah manusia biasa yang tidak bisa memutarbalikkan waktu. Segala sesuatu yang telah terjadi sudah berdasarkan garis takdir hidup masing – masing. Sulit untuk bisa mengembalikan keadaan seperti sedia kala. Meskipun diusahakanpun, akan ada banyak hal yang berubah. Namun setiap permasalahan yang kita hadapi baik bersifat individu maupun perseorangan memiliki banyak hikmah untuk dipetik demi melanjutkan hidup kedepannya. 

Hadirnya pandemi membuat kita lebih menghargai setiap hembusan nafas yang diberikan oleh Tuhan. Membuat kita lebih kuat untuk menghadapi berbagai masalah dan membuat lebih berhati – hati dalam melakukan aktivitas. Saya percaya, saat ini kita sudah mulai menerima keadaan. Kita sudah bangkit, kita sudah mulai membangun kepercayaan diri untuk bisa menghadapi situasi.

Kita semua berharap semoga pandemi akan segera berlalu dan tinggal menjadi kenangan bagi kita semua. Lets comeback stronger.  

 

 

 

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba
Pembuatan Konten Media Sosial dalam rangka Memperingati HUT RI ke-76 dengan tema Merdeka dari Pandemi: Bersatu dalam Keberagaman untuk Indonesia Bangkit yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Angkutan Umum Palu - Bencana Menenggelamkanku

Kota palu, tempat perantuan yang telah kujelajahi kurang lebih 2 tahun lamanya. Kota ini sangatlah unik, bukan hanya bagiku namun bagi orang - orang yang telah dan baru menginjakkan kakinya disini. kota ini menduduki peringkat pertama sebagai kota terpanas di indonesia. Ibukota provinsi Sulawesi Tengah yang juga dijuluki sebagai kota 5 dimensi dimana lautan, pegunungan, sungai, lembah dan teluk berada dalam satu kawasan. Namun, ada yang tak biasa yang aku lihat sepanjang menyusuri jalan. Biasanya pada pagi dan sore hari, jalan akan dipenuhi oleh orang - orang yang tengah menunggu didepan halte. Mereka menunggu angkutan umum, naik dan turun silih berganti untuk menuju ke tempat tujuan. Tapi pemandangan tersebut sangat minim disini.  Transportasi umum dikota ini seakan hilang ditelan bumi. Yang terlihat hanyalah mobil dan motor berlalu lalang setiap harinya. Kemana perginya mereka? Apa yang sebenarnya terjadi? Sejak terjadinya bencana gempa, tsunami dan likuifaksi pada tahun 2018 silam,

Mau Jadi Pribadi Hebat? Inilah Tips Meniti Karir Yang Sukses Di Masa Depan

sumber gambar (loker.id) Setiap Manusia yang dilahirkan ke bumi ini pasti memiliki keinginan untuk sukses. Kesuksesan yang tidak hanya berupa materi saja namun juga dapat berupa non materi. Adapun untuk menjadi pribadi yang berhasil tidaklah segampang mengucapkannya. seperti kata pepatah bahwa sukses itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Maksud dari pepatah tersebut ialah bahwa untuk menjadi orang yang hebat dan berhasil perlu adanya usaha yang keras untuk bisa mewujudkannya.    Thomas Alfa edison harus mengulang percobaannya hingga 9.998 kali sampai akhirnya sukses menciptakan lampu pijar yang menyala dengan sangat terang di percobaan ke-9.999. Bayangkan saja berapa lama waktu yang ia habiskan untuk melakukan penelitian tersebut namun Edison tidak pernah menyerah dan terus berusaha dan yakin bahwa ia akan berhasil melakukan percobaannya dan berhasil. Beda halnya dengan zaman seperti sekarang dimana bisa kita lihat bagaimana semua orang ingin menjadi sukses dengan

Memperoleh Kebaikan Tak Terhingga Dengan Berbagi

  Berbagi kepada sesama merupakan salah satu cara mendulang pahala dari Sang Pencipta. Berbagi adalah ketika kita mampu menebar kebaikan dan manfaat kepada siapa saja yang membutuhkannya. Tidak peduli apakah kita tinggal di rumah mewah dengan deretan kendaraan mahal atau hanya sekedar meneduh di rumah sederhana yang saling berhimpitan satu dengan lainnya. Yang terpenting, seberapa ikhlas kita dalam menyisihkan waktu, tenaga dan rezeki yang ada untuk mereka. Ini kisahku, seorang gadis biasa yang telah berhasil menyelesaikan studi di kota dan kembali ke kampung halaman. Niat awal ingin mencari pekerjaan tetap di kota namun karena pandemi covid-19 mengharuskanku menepi sejenak karena lapangan pekerjaan yang semakin minim akibat banyaknya perusahaan atau usaha yang bangkrut. Alhasil, berbekal ilmu yang tidak seberapa ini, aku memutuskan untuk membuka les privat ke beberapa rumah yang ada di sekitar tempat tinggalku. Penghasilannya tak seberapa bahkan bisa dibilang kurang. Namun aku s