Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Pandemi Tak Berkesudahan; Memanfaatkan Peluang Internet Sebagai Sumber Penghasilan

Sebagai pemuda dan masyarakat yang hidup di era serba modern, menghasilkan uang tidak hanya bisa kita dapatkan dengan kerja di sebuah perkantoran atau mengajar di sekolah. Dunia digital yang semakin berkembang membuat setiap potensi yang dimiliki oleh siapa saja menjadi berguna bagi mereka sebagai sumber penghasilan.   Tadi baru saja saya megikuti salah satu Webinar yang membahas tentang semangat kepemudaan. Banyak insight yang saya dapatkan setelah mengikuti satu jam Webinar tersebut. Dua pemuda sukses dalam bidang yang berbeda membuka pandangan setiap peserta. Meskipun Covid- 19 masih berkeliaran,   seorang wanita pengusaha yang berhasil menjual produk makanan kemasan dengan tujuan membantu masyarakat dan pemuda berprestasi yang berkuliah di Jepang berhasil memperkenalkan Indonesia serta mengajarkan berbagai hal lewat platform Youtube.   Saya bisa simpulkan bahwa pandemi bukan penghalang seseorang untuk bekerja dan menghidupi keluarganya. Terhalang oleh beberapa ternyata membuk

Film Marni; Mengulik Kematian Misterius di Malam Hari Pada Masa Orde Baru

Tak banyak masyarakat yang tahu tentang sejarah orde baru di Indonesia. Keotoriteran pemerintah saat itu tidak pandang bulu. Pihaknya ada dimana - mana. Mereka membungkam, menculik bahkan tak segan membunuh siapa saja yang menyebabkan masalah. Hal ini membuat imaji film - film yang bertemakan kekejaman orde baru memiliki kecenderungan situasi yang hening, kelam dan menakutkan. Seperti yang coba diperlihatkan dalam film berdurasi 24 menit yang disutradarai oleh kunts aguz. Film "Marni" mengangkat isu sensitif kala itu dimana pemerintah dengan dalih menjaga keamanan, mencurigai beberapa orang yang melakukan tindak kriminal dan ditembak secara misterius pada malam hari. Dari segi sinematografi, banyak sekali adegan implisit yang coba Kunts diperlihatkan. Film ini memiliki artistik yang sangat efektif dalam mendukung imaji mengenai suasana tahun 1980an. Ketika dialog Marni dan seorang pria depan rumahnya ditampilkan, bunga di halaman depan tampak layu. Ini menjadi gambaran akti