Berbagi kepada sesama merupakan salah satu cara mendulang pahala dari Sang Pencipta. Berbagi adalah ketika kita mampu menebar kebaikan dan manfaat kepada siapa saja yang membutuhkannya. Tidak peduli apakah kita tinggal di rumah mewah dengan deretan kendaraan mahal atau hanya sekedar meneduh di rumah sederhana yang saling berhimpitan satu dengan lainnya. Yang terpenting, seberapa ikhlas kita dalam menyisihkan waktu, tenaga dan rezeki yang ada untuk mereka.
Ini kisahku, seorang gadis biasa yang telah berhasil menyelesaikan studi di kota dan kembali ke kampung halaman. Niat awal ingin mencari pekerjaan tetap di kota namun karena pandemi covid-19 mengharuskanku menepi sejenak karena lapangan pekerjaan yang semakin minim akibat banyaknya perusahaan atau usaha yang bangkrut. Alhasil, berbekal ilmu yang tidak seberapa ini, aku memutuskan untuk membuka les privat ke beberapa rumah yang ada di sekitar tempat tinggalku. Penghasilannya tak seberapa bahkan bisa dibilang kurang. Namun aku selalu menanamkan rasa syukur dan puas dengan apa yang aku dapatkan sebab itulah rezeki yang Allah berikan untukku.
Tiba di suatu pagi ketika aku pergi membeli makanan untuk sarapan, aku melihat sebuah jalan setapak yang tidak terlalu panjang namun kulihat rumah – rumah saling berhadapan dan berhimpitan. Jalan itu tidak pernah aku lewati namun entah kenapa aku seakan ingin menelusurinya. Dengan penasaran aku memasuki jalan tersebut yang ternyata jalan buntu dan terhenti tepat pada satu rumah yang tidak begitu luas namun terdapat tulisan panti asuhan disana. Apakah panti asuhan ini sudah lama? Apa ada anak – anak yang terasuh didalamnya? Mengingat lokasi dan kondisi tempat yang tidak memungkinkan. Lokasinya tak jauh dari rumah tapi aku baru tahu ada panti asuhan disitu.
Aku sangat penasaran dan berniat untuk mengunjungi panti asuhan tersebut dengan menyisihkan penghasilanku yang sangat tak seberapa. Ada sedikit perasaan malu dimana aku hanya membawa satu rak telur dan pecahan uang 200 ribu. Namun niatku baik sehingga kuberanikan diri melangkahkan kaki memasuki halaman rumah sambil menyapa dengan senyum ramah kepada ibu penjaga panti yang sedang membersihkan rumput. Ia tampak senang melihat saya datang. Saya akhirnya berbincang – bincang sebentar mengenai panti asuhan tersebut. Ibu itu meneteskan air mata. Ia mengatakan sangat bersyukur ada yang datang ke panti untuk memberikan sedikit rezekinya untuk anak – anak sebab panti asuhan itu sangat jarang didatangi oleh donatur. Ada lebih dari 20 anak yang terasuh disini dan beberapa dari mereka juga sudah ada yang cukup umur untuk bersekolah. Mereka hanya dibantu oleh warga sekitar untuk makan dan beberapa pakaian untuk dikenakan. Aku terharu, kupikir apa yang aku berikan ini tidak akan berarti bagi mereka. Nyatanya aku salah.
Sesampainya dirumah aku sempat merenung didalam kamar. Dulu waktu aku masih kuliah, aku sering bersama kawan - kawanku mengumpulkan pakaian yang sudah tidak kami pakai dan jual kembali untuk diberikan kepada sesama yang membutuhkan karena uang yang kami miliki saat itu tidaklah banyak. Dan ketika aku sudah menyelesaikan studi tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan sebelumnya. Andaikan saja aku punya pekerjaan yang penghasilannya lebih banyak maka aku bisa menyisihkan lebih kepada mereka. Tapi aku kembali berfikir, menebar manfaat tidak hanya bagi mereka yang kaya tetapi berbagai adalah bagi mereka yang niat. Akhirnya aku putuskan untuk menyisihkan penghasilanku dari mengajar privat ke panti asuhan tersebut sambil terus berdoa agar bisa diberikan pekerjaan yang lebih baik dengan penghasilan yang lebih tinggi.
Tiba saat aku memutuskan untuk mendaftar sebagai CPNS. Aku tidak hanya fokus belajar namun juga terus berdoa agar bisa lolos dan sehari sebelum tes aku pergi ke panti asuhan untuk kembali berbagai dan memohon doa. Setelah itu aku serahkan apapun hasilnya kepada Allah.
Tiba waktu pengumuman akhir, Alhamdulillah namaku masuk peringkat dan lolos menjadi CPNS. Betapa bahagianya aku saat itu dan tak henti – hentinya bersyukur. Semua karena Allah dan doa yang tiada henti – hentinya dari keluarga dan aku yakini dari anak – anak di panti asuhan yang sering aku datangi. Dengan niat tulus dari dalam hati, doaku yang dulu ingin memberi dengan nominal yang jauh lebih banyak dari sebelumnya dapat aku wujudkan. Tidak hanya di panti asuhan tersebut, namun di tempat – tempat lainnya yang membutuhkan.
Sejak saat itu aku semakin yakin bahwa berbagi dalam kondisi sempit maupun luang akan memberikan manfaat tidak hanya kepada yang mendapatkan tetapi juga kepada diri kita sendiri. Menebarkan manfaat itu perlu dimulai dari lingkungan sekitar baru keberbagai tempat yang ada. Dari panti asuhan tersebut saya belajar, warga disekitar yang rumahnya pun sangatlah sederhana. Mungkin kebutuhan mereka juga belum sepenuhnya terpenuhi dengan baik namun mereka tetap membantu anak – anak di panti asuhan agar tetap bisa makan dan memiliki pakaian.
Jika kita merasa apa yang kita punya tidak seberapa, kita bisa memanfaatkan berbagai platform infaq yang didalamnya banyak memberikan informasi terkait siapa saja yang membutuhkan bantuan. Salah satunya pada Lembaga Manajemen Infaq atau LMI. Kita bisa bersama – sama meluaskan manfaat bersama LMI. Berapapun nominal yang kita sisihkan akan sangat bermanfaat bagi mereka. Dan aku salah satu yang juga memanfaatkan platform tersebut.
Saudaraku seiman... Dengan terus percaya bahwa berbagi manfaat tidak harus menunggu kita kaya tetapi saat kita sudah hidup berkecukupan maka semakin bertambah pula level manfaat yang kita berikan. Apa yang kita berikan nantinya akan membuahkan hasil yang berkelanjutan sebab doa – doa yang terus terpanjatkan dari mereka tidak akan pernah habis dan disaat orang yang kita bantu hidup dengan layak maka ia juga bisa melakukan hal yang sama di kemudian hari.
Karena kebaikan akan terus melahirkan kebaikan.
Dan menebar manfaat seluas – luasnya akan terus berkesinambungan sampai kapanpun itu.
Tulisan Ini Diikutsertakan dalam Lomba Blog “Meluaskan Manfaat” Yang Diselenggarakan Oleh Lembaga Manajemen Infaq dan Forum Lingkar Pena
Komentar
Posting Komentar