Efisiensi Penerapan SDGs 12 UNAIR Sebagai Kolaborasi Dan Solusi Dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Di Indonesia
Indonesia kembali menjadi penyumbang sampah dengan akumulasi 67,8 juta ton pada tahun 2020. Sampah di Indonesia adalah permasalahan lingkungan yang masih membutuhkan penanganan intens. Selain karena proses penguraiannya yang membutuhkan waktu lama, Indonesia semakin kehabisan lahan untuk menampung sampah – sampah tersebut. Adapun penyumbang sampah terbesar berasal dari pasar, rumah tangga dan lingkungan akademik.
Tujuanpembangunan berkelanjutan atau Sustainabledevelopment goals (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB merupakan reparasi untuk kesejahteraan semua makhluk. Dari 17 poin yang ada, pengelolaan limbah berada di poin 12 yaitu ResponsibleConsumption and Production (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab) yang berfokus pada pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Indonesia perlu menata kembali kebijakan tentang permasalahan sampah yang ada. Jika tidak adanya perbaikan yang inovatif untuk mengurangi volume sampah, pembangunan berkelanjutan akan sulit untuk direalisasikan.
Produsen dan konsumen harus memaksimalkan pengelolaan sampah agar tidak menjadi limbah yang sia – sia. Sebagai generasi muda, saya ingin fokus pada pengelolaan sampah dari perguruan tinggi. Sebenarnya, sudah banyak perguruan tinggi yang menerapkan SDGs ini sebagai acuan untuk pembangunan berkelanjutan. Hal ini bisa kita lihat dari THE (Times Higher Education) yang merupakan lembaga pemeringkatan yang fokus penilaian utamanya adalah penerapan SDGs.
www.unair.ac.id/sdgs |
Salah satu
universitas terbaik di Indonesia yang masuk di THE Impact adalah Universitas
Airlangga di Surabaya. Universitas Airlangga atau Unair telah mengeluarkan
beberapa kebijakan dan inovasi yang dalam hal ini berkaitan dengan pengelolaan
sampahnya. Pihak universitas telah melarang penggunaan sampah plastik sekali
pakai bagi seluruh mahasiswa dan menetapkan SOP (standar operasional prosedur)
bagi pengelolaan limbah B3 yang bersifat beracun di linkungan kampus. Hal ini
dilakukan agar lingkungan kampus hijau yang terjaga dari sampah yang dapat
mengganggu aktivitas seluruh civitas akademik serta menerapkan ilmu yang didapatkan dalam mekanisme pengelolaannya tersebut.
Adapun inovasi pengelolaan limbah yang berhasil dilakukan oleh Unair adalah dengan membangun rumah kompos untuk mendaur ulang sampah organik. Sebagai informasi, sekitar 600 kg sampah bisa terkumpul dalam sehari di Universitas Airlangga. Sampah tersebut merupakan gabungan antara sampah organik dan anorganik. Rumah kompos ini digunakan untuk mengelola sampah organik seperti daun. Setiap tahunnya, rumah kompos tersebut dapat mendaur ulang hingga 28,8 ton sampah daun. Limbah daun yang telah didaur ulang nantinya akan menjadi kompos, yang digunakan untuk pemupukan tanaman di lingkungan universitas.
Apa pengaruh pengelolaan sampah dalam pembangunan berkelanjutan?
Dari aspek sosial budaya, kita bisa menciptakan pengelolaan di setiap rumah tangga, bisnis, dan institusi menyesuaikan dengan situasi ditempat serta keterlibatan dari komunitas-komunitas terhadap pengelolaan sampah. Perlu kita ingat bahwa sampah juga membawa pengaruh negatif pada udara, tanah dan air. Jika SDGs 12 ini diterapkan dengan baik, maka poin - poin SDGs lainnya akan terpenuhi seperti sumber air bersih yang banyak (6), kualitas hidup yang lebih sehat (3), ekosistem laut (14) dan darat (15) yang terjaga, peningkatan ekonomi bagi daur ulang sampah (8) dan mengurangi perubahan iklim (13).
Apa yang dilakukan Unair tersebut adalah solusi. Sebagai tempat menimbah ilmu, sudah seharusnya perguruan tinggi memberikan contoh dan pengaruh bagi masyarakat agar melakukan tindakan yang sama. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi antara civitas kampus, pemerintah dan masyarakat agar bisa menciptakan dan melaksanakan inovasi khususnya pengelolaan sampah yang lebih baik. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat terjamin dan pembangunan berkelanjutan bisa tercapai.
Referensi :
https://sdgscenter.unair.ac.id/sdgs-12/
Komentar
Posting Komentar