Teknologi digital yang terus bertransformasi memiliki banyak dampak positif dalam kehidupan. Kita banyak menggunakan teknologi digital untuk mempermudah segala urusan dan kebutuhan. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan media digital sebagai wadah untuk mengaspirasikan berbagai tindak kriminal yang dialaminya.
Kehidupan tidak selalu berpihak pada mayoritas gender dalam sebuah lingkup masyarakat. Pasalnya, meski mayoritas perempuan hidup di bumi pertiwi tetap saja mereka tidak berdaya kala harus berhadapan dengan ancaman. Kekerasan berbasis gender bukanlah hal baru dikalangan masyarakat. Kekerasan yang tak hanya melukai secara fisik tetapi juga psikis/mental. Kekerasan semacam ini semakin marak terjadi baik dalam lingkup keluarga, masyarakat bahkan hingga social media sekalipun.
Menurut catatan tahunan Komisi Nasional (Komnas) perempuan, pada tahun 2020 tercatat 1419 kasus dari Unit Pelayanan dan Rujukan (UPR) dimana dari 1419 pengaduan tersebut, 1.277 merupakan kasus berbasis gender. Jika sudah begini, tindakan hukum tidak cukup memberikan efek jera terhadap para pelaku tindak kekerasan. Perlu adanya aksi nyata lainnya guna memerangi kekerasan berbasis gender ini. Salah satu cara efektif adalah dengan memanfaatkan social media sebagai wadah untuk mengungkapkan tindak kekerasan seksual baik dalam bentuk visual ataupun tulisan serta mengkampanyekan berbagai gerakan atau program yang khusus memerangi kekerasan berbasis gender.
Sebagai korban, tentu mendapatkan kekerasan adalah hal yang buruk. Kadang kita bingung harus memendam luka atau menceritakannya kepada orang terdekat untuk sebuah solusi. Tetapi situasi tersebut tidak serta merta memberikan keuntungan sebab orang terdekat kita biasanya hanya memberikan dukungan dan takut membantu karena tidak memiliki hubungan secara khusus. Ancaman yang diterima saat mendapatkan kekerasan juga menjadi pemicu diamnya korban.
Social media inilah yang coba digunakan untuk mengungkapkan kekerasan yang dialami oleh korban. Para korban mencoba menceritakan kronologi kekerasan yang dialaminya dalam bentuk tulisan. Mereka juga kadang mengirimkan kode – kode khusus menggunakan anggota tubuh agar siapapun yang melihat dapat mendeteksi adanya tindak kekerasan terhadap korban. Tindakan ini akan sangat membantu korban sebab kita bisa membantu melaporkan tindakan tersebut kepada pihak berwajib.
Mengkampanyekan berbagai gerakan atau program juga menjadi bentuk memerangi kekerasan berbasis gender. Berbagai akun yang khusus membahas perihal kekerasan gender juga banyak bertebaran di social media. Banyak hal yang dilakukan seperti edukasi dalam bentuk tulisan, video, gambar dan webinar. Hal ini guna menghilangkan persepsi negatif tentang korban kekerasan serta mengedukasi masyarakat tentang bahaya yang timbul akibat tindak kekerasan bagi korban dan pelaku itu sendiri.
Berbagai upaya yang dilakukan ini adalah bentuk kepedulian kita terhadap sesama manusia terkhusus perbedaan gender yang selalu menjadi perdebatan. Aksi nyata sederhana yang bisa membangkitkan semangat para korban yang merasakan sakitnya kekerasan tersebut. Ingat! Kita semua setara, laki – laki maupun perempuan itu sama dimata tuhan dan hukum. Oleh karena itu, mari kita STOP kekerasan guna menciptakan perdamaian antar keluarga, sahabat dan masyarakat.
Komentar
Posting Komentar