Sinergi Keluarga dan Masyarakat dalam Memberantas Buta Aksara Guna Terwujudnya Daerah Berliterasi Tinggi
Salah Satu Warga belajar Buta Aksara (Dok,Pribadi) |
Membangun
budaya literasi sejak dini merupakan langkah pasti dalam memberantas kurangnya
pengetahuan masyarakat di suatu wilayah. Saya merupakan mahasiswa di salah satu
universitas yang ada di Sulawesi Selatan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Sulsel, sebaran angka
penduduk tuna aksara di Sulsel berada pada rentan usia 15-59 tahun, dengan
cakupan antara 0,51 - 27 persen. Hal ini menandakan bahwa Sulsel masih garis
merah sebagai penduduk tuna aksara terbanyak. Apa pengaruhnya terhadap
literasi? Jelas bahwa dengan ketidak mampuan masyarakat dalam membaca dan
menulis membuat turunya minat mereka dalam menyentuh yang namanya buku. Sebab
itu budaya literasi akan semakin berkurang atau bahkan sudah menganggap bahwa
buku bukanlah elemen penting dalam kehidupan masyarakat.
Saya
bersama beberapa teman melaksanakan penelitian di salah satu desa yang terletak
di pedalaman sulawesi selatan yang sungguh memberikan pengalaman pilu seputar
kurangnya kesadaran warga akan literasi. Di desa tersebut, Kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya mengeyam pendidikan, jarak sekolah yang cukup jauh
serta faktor ekonomi menjadi faktor penghambat kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap baca dan tulis. Masyarakat disana juga merasa bahwa belajar membaca
dan menulis hanya membuang – buang waktu dibandingkan mengerjakan pekerjaan
yang dapat menghasilkan pundi – pundi rupiah. Pemikiran tersebut telah tertanam
di benak masyarakat sehingga keinginan untuk sekolah juga berkurang. Padahal
ada banyak sekali manfaat dari terbangunnya kesadaran akan literasi sendiri
sebab pengetahuan akan sangat berguna kemanapun kita berada.
Tetapi
diantara masyarakat yang bekerjapun
masih banyak juga menyesal tidak melanjutkan pendidikan walau hanya tingkatan
SD. Alhasil, mereka banyak yang buta huruf dan mengandalkan anak atau
tetangganya untuk membantu membacakan surat – surat yang mereka miliki. Bagaimana
dengan aktivitas lainnya? Mereka hanya mengandalkan insting untuk melihat
apakah makanan yang mereka beli sesuai dan tidak kadaluwarsa, Tanda tangan
masih menggunakan cap jempol, ke Rumah sakit harus meminta sanak saudara untuk
mengantar dan masih banyak lainnya. Itulah mengapa banyak dari mereka
mengharapkan anak – anaknya untuk tidak putus sekolah agar tidak menjadi
seperti orang tuanya.
Nah, Literasi keluarga bisa menjadi langkah awal dalam membudayakan literasi agar
nantinya bisa menjadi suatu kebiasaan. Orang tua harus mengenalkan buku bacaan sejak
usia dini. Bukan untuk memaksa agar mereka paham lebih awal tetapi membantu mengenalkan
huruf – huruf dan angka dengan memberikan buku bergambar yang akan membantu
melatih kemampuan otak mereka. kurangi mengkonsumsi makanan instan terutama
untuk anak – anak yang masih tumbuh dan berkembang agar stamina dan kemampuan
otak mereka tidak terganggu. Jika terlanjur orang tuanya yang sulit mengenal
huruf dan angka maka anak juga bisa membantu. Hindarkan rasa malu dan takut
disebabkan ejekan atau umur sebab hal tersebutlah yang membuat kita sulit untuk
belajar dan memahaminya. Jika telah menerapkan beberapa langkah diatas, kita
bisa perlahan bisa membaca dan menulis dan menjadikannya suatu kebiasaan agar
budaya literasi tetap lestari.
Tak
hanya peran keluarga, Peran Pemerintah dan masyarakat sekitarpun akan sangat
berguna dalam menciptakan lingkungan yang berliterasi tinggi seperti :
Salah Satu Kelompok Belajar (Dok. Pribadi) |
a. Menciptakan
kelompok belajar di setiap dusun, pengalaman saya sepanjang melakukan
pemberantasan buta aksara, banyak masyarakat yang sebenarnya ingin menguasai
baca dan tulis tetapi tak ada yang bisa mereka datangi untuk belajar membaca
dan menulis. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan lebih banyak ruang
kepada setiap aparat desa agar selain mengayomi masyarakat terkait
kependudukannya mereka yang putus sekolah juga bisa mendapatkan kesempatan
untuk belajar membaca dan menulis agar nantinya mempermudah mereka untuk
beraktifitas.
b. Tersedianya
fasilitas umum yaitu sekolah formal/informal secara merata. Hampir di setiap
daerah memiliki jarak yang sangat jauh dari perkotaan dikarenakan hampir
sebagian lahan digunakan untuk bercocok tanam dan membangun empang. Akibatnya,
banyak warga yang awalnya memiliki niat untuk bersekolah akhirnya mengurungkan
niatnya sebab jarak yang sangat jauh untuk bisa menjangkau sekolah apalagi
kendaraan pada saat itu masing sangat jarang. Oleh karena itu, pemerintah perlu
melakukan pemerataan sekolah kepada setiap daerah minimal mereka memiliki 1
sekolah dasar, 1 sekolah menengah pertama (SMP) dan 1 sekolah menengah atas
(SMA) sesuai tingkatan pendidikan di Indonesia.
c. Terus
memberikan pemahaman terkait pentingnya literasi didalam kehidupan sehari –
hari lewat praktik – praktik ringan di lingkungan sekitar seperti menulis nama,
tanda tangan, membaca merek dll. Sosialisasi juga akan sangat membantu
masyarakat dalam memahami perihal budaya literasi ini. dengan begitu,
masyarakat tidak hanya terfokus pada pekerjaannya tetapi juga bisa menambah
pengetahuannya agar tak mudah dipengaruhi oleh orang – orang sekitar.
Sejauh
penelitian kami, Peran keluarga, masyarakat serta pemerintah memang perlu
bersinergi satu sama lainnya agar terciptanya lingkungan yang berliterasi
tinggi. Penelitian kami juga sangat membantu warga di Desa tersebut.
Proses Membantu Masyarakat Belajar Membaca dan Menulis (Dok. Pribadi) |
Kami
membantu mencari warga yang kurang minat dan sangat minat untuk belajar membaca
dan menulis kemudian mengumpulkannya di satu tempat. Kami juga memfasilitasi
warga dengan peralatan tulis menulis dan mulai mengajarkan huruf dan angka yang
mudah. Setiap hari kami bimbing kemudian kami adakan tes secara berkala untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan mereka. Setelah itu, Mereka yang telah
melewati tahap tes dan sudah lancar dalam membaca dan menulis kami berikan
apresiasi berupa buku – buku bacaan, resep serta alat bantu seperti kacamata
dan juga masker mengingat desa kunjungan kami ini rata – rata warganya memiliki
masalah penglihatan diakibatkan debu dan juga aktivitas lainnya.
Dengan
upaya sederhana tersebut, Bantuan keluarga dalam mendukung mereka untuk
belajar serta pemerintah dalam memfasilitasi secara sederhana bisa mengurangi
angka buta aksara dan menciptakan lingkungan yang berliterasi tinggi dengan
menganggap buku sebagai kawan dikala senggang.
Literasi
bukanlah memperbudak masyarakat untuk terpengaruh dan hanyut akan setiap
tulisan tetapi menciptakan masyarakat yang berfikir kritis dikala perbudakan
semakin meraja lela. Perbudakan teknologi, tikus – tikus berdasi serta
kepercayaan kita masing – masing. Untuk itu, Mari terus budayakan literasi
hingga ke ujung negeri sekalipun sebab tak ada ruginya untuk belajar tetapi penyesalanlah ketika belajar disepelekan.
Komentar
Posting Komentar